Kembali
ke masa lalu saat empat kesultanan di Maluku Utara saling berbagi
keuntungan dari apa yang diberikan oleh alam. Rempah-rempah adalah hasil
bumi yang dibagi di antaranya dan memberi saham terbesar untuk
menguatkan hegemoni empat kesultanan, yaitu: Ternate, Tidore, Bacan, dan
Jailolo. Salah satu hadiah alam dari Tuhan untuk mereka hingga kini
adalah pohon kenari yang tumbuh melimpah di sebuah pulau bernama Makian
atau orang Maluku menyebutnya sebagai Pulau Kenari.
Pulau Makian di Halmahera
Selatan, Provinsi Maluku Utara, memiliki luas yang tidak seberapa besar.
Lebarnya sekira 10 km dengan jalanan yang sudah teralas sepanjang 36
km. Di pulau ini terpancang Gunung Kiebesi (Kie Besi) setinggi 1.357
meter dengan lebar kawahnya 1.5 kilometer. Ada sekira 200 kepala
keluarga yang mendiami pulau ini dengan infrastruktur yang mencukupi
termasuk sekolah dari SD hingga SMU. Warganya pulau ini mayoritas
peladang kebun, yaitu pohon kenari dan kelapa dan itu sudah berabad
lamanya.
Pulau Makian sendiri
sebenarnya merupakan rumah pertama Kesultanan Bacan sebelum pindah ke
Pulau Lelei dan akhirnya ke Pulau Bacan. Sebuah eksodus sebuah
kesultanan dan warganya dilakukan demi mitigasi terkait aktivitas gunung
api di pulau ini yang beberapa kali memuntahkan isinya, yaitu tahun
1550, 1646, 1760, 1861, dan juga termasuk tahun 1975 yang membuat semua
warganya pindah namun kembali lagi ke pulau tersebut tahun 1988 karena
ikatan tanah leluhur dan keberadaan pohon kenari kesayangan mereka.
Di Pulau Makian, kenari ada di mana-mana memenuhi hijau dan rimbunnya pulau tersebut. Pohon kenari sendiri masuk ke dalam suku Burseraceae dimana
jenis ini dapat tumbuh menjulang setinggi 20-60 meter dengan diameter
pohonnya belum tentu cukup untuk dipeluk oleh satu orang. Bahkan, pohon
kenari yang ada di pulau ini banyak yang berusia di atas 100 tahun. Buah
kenari sendiri memiliki ukuran 3-6 cm dengan cangkang luar lunak
berwarna hitam, bagian cangkang dalamnya berkulit amat keras berwarna
coklat kekuningan, serta biji intinya yang berwarna putih begitu gurih
saat langsung disantap.
Warga Pulau Makian akan
memanen pohon kenari antara bulan Maret hingga Agustus. Terkadang tidak
perlu memanjat pohonnya untuk memetik buahnya tetapi cukup menunggu
kenari tua yang terjatuh ke tanah. Besar dan melimpahnya hasil kacang
kenari di Pulau Makian telah membuatnya disebut sebagai Pulau Kenari dan
nama ini lebih lazim dikenal oleh banyak orang. Ya, bila kita mengenal
Pulau Banda sebagai penghasil pala maka Pulau Makian adalah penghasil
kacang kenari terbesar di negeri ini.
Kacang kenari atau canary nut (Canarium indicum-Canarium vulgare)
yang dibudidayakan di Pulau Makian memiliki ukuran lebih besar empat
kali dari ukuran lazimnya yang ada, bahkan bila dibandingkan dengan yang
ditanam di Vanutu. Kacang kenari sendiri oleh warga empat kesultanan
sejak dahulu dijadikan bahan makanan terutama kue, semisal halua kenari
dan bagea kenari. Seringnya pula kacang kenari dimanfaatkan untuk
pembuat minyak atau getahnya untuk kesehatan dan wewangian. Kayu dari
pohon kenari pun dapat digunakan untuk membuat perabotan rumah.
Saat ini penelitian
terhadap manfaat mengonsumsi kacang kenari terus menyeruak dikemukakan
peneliti kesehatan dan gizi. Beberapa yang penting adalah sangat baik
untuk kesehatan jantung dan kesehatan otak. Bahkan, banyak yang menyebut
bahwa kenari sebagai makanannya otak. Tidak itu saja, dengan
mengkonsumsi kacang kenari, secara alamiah maka seseorang juga telah
melindungi tubuhnya dari pengaruh buruk polutan.
Selain itu, kacang kenari
juga bisa menurunkan kolesterol jahat dan membantu kualitas tidur
karena kandungan melatonin yang ada di dalamnya baik untuk menciptakan
rasa kantuk. Seorang peneliti bernama Prof Wendie Robbins dari Fielding
School of Public Health dari UCLA baru-baru ini mengutarakan bahwa
mengonsumsi kacang kenari setiap hari akan membantu perbaikan signifikan
kesehatan vitalitas dan sperma laki-laki.
Apabila Anda berminat
menyambangi Pulau Kenari maka datanglah ke Ternate untuk kemudian
lanjutkan perjalanan dengan naik perahu selama 1,5 jam perjalanan. Warga
di sana amat ramah dengan pengunjung dan bahkan mereka akan menunjukkan
pada Anda pohon kenari lalu memetiknya langsung di tempat. Batu besar
pun akan dijadikan alas untuk menumbuk kacang kenari yang berlapis dua
dan bagian kulit yang terakhir itu amatlah keras. Perlu keahlian dan
pembiasaan membuka cangkang sekeras batok kelapa itu, dua atau empat
kalau tumbukan beruntun tepat sasaran bisa membukakan hidangan biji
putih kenari. Makanlah langsung dan rasakan gurihnya sehingga membuat
Anda ingin dan ingin lagi memakannya.
Bukan hanya kacang kenari,
Pulau Makian juga menyediakan buah kelapa yang nikmat rasanya. Sungguh
berbeda dan Anda wajib mencicipinya. Rasa air kelapa di Pulau Makian
terasa manis sekaligus asam, itu sebuah perpaduan yang cukup lezat
melegakan tenggorokan selepas melahap butir demi butir kacang kenari. Di
Pulau Makian begitu banyak kambing berkeliaran yang dengan sabar
menunggu Anda membuang buah kelapa yang telah diminum airnya itu, jadi
mengapa tidak berbagilah belahannya dengan mereka. (Him |
www.indonesia.travel)
Destinasi Terkait
- Pulau Banda
- Pulau Halmahera
- Ternate dan Tidore: Bermulanya Halaman Sejarah Kolonialisme
- Ambon Manise
- Museum Kedaton Sultan Ternate
- Saumlaki
- Pulau Morotai
- Pulau Pombo
- Pulau Gunung Api Banda
- Ternate : Mozaik Kota Kepulauan yang Bersejarah
- Sibu-Sibu Café
- Pantai Ngurtafur
- Pantai Ora
- Pantai Ngurbloat
- Danau Tolire